Fenomena Kesepian Mewabah di Korea Selatan

Rabu, 18 Desember 2024 12:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Sendiri di Hutan
Iklan

Epidemi kesepian diam-diam menyebar di jantung Korea Selatan. Ribuan pria paruh baya, meninggal sendirian setiap tahun karena kesepian.

Di tengah kemajuan pesat dan modernisasi, Korea Selatan saat ini menghadapi krisis yang tidak terduga. Perasaan kesepian yang menyebar di kalangan masyarakat.

Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan teknologi dan industri tercanggih, namun banyak warga Korea yang merasakan kekosongan dan keterasingan dalam masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Epidemi diam-diam menyebar di jantung Korea Selatan. Ini disebut Epidemi Kesepian. Berdasar kutipan dari Standar Bisnis, terdapat ribuan orang terutama pria paruh baya, meninggal sendirian setiap tahun.

Kematian yang mungkin tidak diketahui oleh keluarga dan teman selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Fenomena ini dikenal sebagai Godoksa dalam bahasa Korea, artinya kematian karena kesepian. Fenomena ini merupakan bagian dari gelombang mengurung diri yang kian melanda negeri gingseng ini.

Pemerintah Korea Selatan berpacu dengan waktu untuk memerangi epidemi kesepian ini. Minggu ini, pejabat kota Seoul mengumumkan rencana ambisius untuk menghabiskan 451,3 miliar won (sekitar $327 juta) selama lima tahun ke depan untuk menciptakan kota di mana tidak ada seorang pun yang kesepian.

Urban Development bertujuan untuk menyediakan akses 24/7 terhadap konselor kesepian yang tersedia melalui hotline dan platform online, serta menyediakan kunjungan tindak lanjut bagi mereka yang membutuhkan dukungan lebih lanjut.

"Kesepian dan keterasingan bukan sekadar masalah individu, tetapi tugas yang harus diselesaikan masyarakat bersama-sama" kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon.

Selain layanan psikologis, inisiatif baru di Sou mencakup pembangunan ruang terbuka hijau, pembuatan rencana makan bergizi untuk lansia dan setengah baya, dan bahkan menggelar kegiatan seperti berkebun klub buku, dan acara olahraga untuk mengajak orang keluar rumah dan berhubungan kembali dengan orang lain..

Menurut profesor psikologi Ah Soo-jeong, banyak orang Korea merasa kesepian bukan hanya karena isolasi sosial tetapi juga karena perasaan tidak berharga dan gagal yang mengakar.

"Orang-orang berkata bahwa ketika mereka merasa tidak cukup berharga atau tidak memiliki tujuan, mereka merasa sangat kesepian," kata Anne.

Perasaan tidak mampu ini telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan generasi muda seperti milenial dan Gen Z, yang menghadapi kritik terus-menerus baik dari diri mereka sendiri maupun masyarakat.

Pemerintah menginvestasikan $327 juta untuk kesehatan mental warganya.

Dalam dunia yang semakin sibuk ini, perhatian kepada kesehatan mental dan kesejahteraan sosial menjadi lebih dari sekadar kebutuhan, melainkan suatu keharusan.

Korea Selatan menunjukkan bahwa mereka tidak hanya peduli pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kebahagiaan dan kesehatan mental warganya.

Sejatinya negara memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental. Ini mencakup akses ke layanan kesehatan mental yang memadai, pendidikan tentang kesehatan mental, dan penghapusan stigma yang seringkali menghalangi individu untuk mencari bantuan.

Negara perlu mengambil langkah proaktif untuk mencegah krisis kesehatan mental. Pendidikan dan kampanye kesadaran tentang kesehatan mental dapat membantu warga mengenali tanda-tanda masalah dan mencari bantuan lebih awal. Selain itu, akses yang lebih baik ke terapi dan dukungan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Alin FM

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Fenomena Kesepian Mewabah di Korea Selatan

Rabu, 18 Desember 2024 12:14 WIB
img-content

Masjid Sejatinya Milik Allah SWT

Jumat, 31 Maret 2023 13:54 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler